Kesenjangan dan Kemiskinan
Kelompok
:
1.
Irlangga Bayu
2.
Komang Aditi Padmasaca
3.
Nurhaliza Amalia
A. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah
suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sedangkan
Secara umum kemiskinan diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok atau dasar. Mereka yang dikatakan berada di garis
kemiskinan adalah apabila tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok.
B. Pengertian kemiskinan menurut
beberapa ahli
·
Menurut
Suparlan (2004:315) kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah,
yaitu adanya suatu tingkat kekurangan pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang rendah.
·
Menurut
Ritonga (2003:1) kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang
dialami seorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
minimal atau yang layak bagi kehidupannya.
C.
Konsep Kemiskinan
Kemiskinan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu
pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau
kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (social
distinction) yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan.
Perbedaannya adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih
dahulu ditentukan dengan angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau
indikator atau kriteria yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif
kategori kemiskinan ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat
kesejahteraan antar penduduk.
D.
Garis kemiskinan
Garis Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah
rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan
yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok
bukan makanan.
E.
Penyebab
dan Dampak Kemiskinan
a) Penyebab
Pada
umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai
berikut:
1. Laju
Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus
meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih
penduduk.Kemudian di sensus penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27
juta penduduk atau menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan
penduduk Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah
2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang
perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya jumlah
penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya
setelah China, India dan Amerika. Meningkatnya jumlah penduduk membuat
Indonesiasemakin terpuruk dengankeadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah
penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan.
Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang
harus ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
2. Angkatan
Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu
negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang
tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas
usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan
yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. Tenaga kerja (manpower)
dipilih pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan
angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara
tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk sebagai
bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan,
yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumahtangga, serta
orang yang menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa
kerjanya. Distribusi
3.
Pendapatan dan
Pemerataan Pembangunan
Distribusi
pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil
pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria ketidakmerataan
versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh
tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (penduduk
miskin) 40% penduduk berpendapatan menengah serta 20%
penduduk berpendapatan tertinggi (penduduk terkaya). (Dumairy, 1996)
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan
relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada
sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini
disebut juga sebagai ketimpangan.
4. Tingkat
pendidikan yang rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga
merupakansalah satu penyebab kemiskinan di suatu Negara. Ini disebabkan karena
rendahnyatingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk
adanya perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibuthkan
lebih banyak teanga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat
membaca dan menulis.Menurut Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang
terbesar manfaatnyadibandingkan faktor-faktor produksi lain. ( Irawan, 1999)
5. Kurangnya
perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadap
laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan.Pemerintah
tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di
negaranya.
b) Dampak
Dampak
dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks.
Pertama, pengangguran. Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka
tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup fantastis mengingat
krisis multi dimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini. Dengan banyaknya
pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena
tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Razali Ritonga menyatakan perkiraan
itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup dominan terhadap penentuan
garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya (74,99 persen). Meluasnya
pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya tingkat pendidikan
seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yangterlalu
memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan (growth). Kedua, kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek
dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui
jalan yang benar dan halal. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu
(dengan cara mengintimidasi orang lain) di atas kendaraan umum dengan
berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar
untuk operasi. Ketiga, pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan
fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat
miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Keempat,
kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir
setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif
atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak
terjangkau oleh kalangan miskin. Kelima, konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa
bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan
atas kondisi miskin yang akut.
F.
Kesenjangan
Mengapa terjadi kesenjangan? Kesenjangan dapat
disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat sehingga mencegah dan
menghalangi seseorang untuk memanfaatkan akses atau kesempatan-kesempatan yang
tersedia. Kesenjangan dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai kebudayaan
yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri. Akibatnya, nilai-nilai tertentu
masyarakat yang tidak terintegrasi dengan masyarakat luas, seperti apatis,
cenderung menyerah pada nasib, tidak mempunyai daya juang dan tidak mempunyai
orientasi kehidupan masa depan.
G.
Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
1.
Mengukur ketimpangan menurut Atkinson
2.
Mengukur kesenjangan dalam pembagian pendapat
menurut Gini
3.
Mengukur ketimpangan menurut kurva Lorenz
4.
Cara Bank Dunia
·
Penduduk dikelompokkan menjadi 3 bagian :
40 % tingkat pendapatan rendah
40 % tingkat pendapatan menengah
20 % tingkat pendapatan tinggi
·
Kriteria Ketimpangan
Tinggi, apabila kelompok 40% tingkat
pendapatan rendah menerima < 12% jumlah Pendapatan
Sedang, apabila kelompok 40% tingkat
pendapatan rendah menerima 12 – 17 % jumlah pendapatan
Rendah, apabila > 17%
5.
Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan Temuan
Empiris
·
Sebelum krisis moneter menimpa Indonesia,
pendapatan perkapita melebihi U$ 1,000, namun 10% dari jumlah penduduk
menikmati 90% PN
·
Pada awal pemerintahan Orde Baru fokus
pembangunan ekonomi selain pada pertumbuhan juga pada pemerataan melalui konsep
Trilogi Pembangunan
·
Selama Orde baru, kesenjangan semakin memburuk
terlihat dari laju pertumbuhan pendapatan dan koefisien Gini yang mencerminkan
ketimpangan distribusi pendapatan
·
Dari kriteria Bank Dunia, tingkat kesenjangan
dalam distribusi pendapatan di Indonesia selama kurun waktu 1984 – 1997
tergolong rendah, termasuk dalam gologan negara Industri maju asia seperti :
Korsel, Singapura, Jepang dan Hongkong.
H.
Kemiskinan di Indonesia
Kadar kemiskinan tidak
lagi sekedar masalah kekurangan makanan, tetapi bagi warga masyarakat tertentu
bahkan sudah mencapai tahap ekstrem sampai level kehabisan dan ketiadaan
makanan. Potret kemiskinan itu menjadi sangat kontras karena sebagian warga
masyarakat hidup dalam kelimpahan, sementara sebagian lagi hidup serba
kekurangan. Kekayaan bagi sejumlah orang berarti kemiskinan bagi orang lain. Alangkah
tragisnya dampak kemiskinan karena telah membawa kematian, seperti terlihat
pada beberapa kasus bunuh diri belakangan ini. Fenomena kemiskinan memang
sangatlah kasatmata sebagai realitas berlapis-lapis yang terus menjerit-jerit,
crying poverty. Kadar kemiskinan tidak lagi sekedar masalah kekurangan makanan,
tetapi bagi warga masyarakat tertentu bahkan sudah mencapai tahap ekstrem
sampai level kehabisan dan ketiadaan makanan. Tidak sedikit orang terkapar
karena tidak tahan menderita kelaparan dan kekurangan gizi yang membuka jalan
lebih cepat kearah kematian dini. Inilah proses kematian secara pelan-pelan tetapi
kejam.
Tidak semua tindakan
bunuh diri karena persoalan ekonomi, tetapi bisa saja karena faktor lain.
Jatunya korban karena kemiskinan sekaligus memperlihatkan kemiskinan lain,
yaitu kemiskinan nurani kolektif bangsa dan lemahnya kepedulian. Secara umum,kemiskinan didefinisikan sebagai
kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat
(KecukSuharyanto,2011).
Dari definisi tersebut terlihat bahwa kemiskinan merupakan masalah multidemensi.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa kemiskinan merupakan masalah multidemensi.
I.
Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
Faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya kemiskinan diantaranya; rendahnya tingkat pendidikan,
rendahnya derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan kondisi
keterisolasian (Kartasasmita, Ginandjar: 1996: 240). Dalam laporan yang dikeluarkan
dari World Bank (200) diketahui ada lima faktor yang dianggap dapat
mempengaruhi terjadinya kemiskinan, yaitu; pendidikan, jenis pekerjaan, gender,
akses terhadap pelayanan kesehatan dasar dan infrastruktur dan lokasi
geografis. Seperti yang dikemukakan oleh Nazara, Suahasil (2007:35) bahwa; Kemiskinan
selalu dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam mencapai pendidikan tinggi, hal
ini berkaitan dengan mahalnya biaya pendidikan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyekolahkan anaknya juga harus termasuk biaya kehilangan dari pendapatan
(apportunity cost) jika anak mereka bekerja (Nazara, Suahasil. Dalam Warta
Demografi: 2007:35). Kemiskinan juga selalu dihubungkan dengan jenis pekerjaan
tertentu. Di Indonesia kemiskinan selalu terkait dengan sektor pekerjaan di
bidang pertanian untuk daerah pedesaan dan sektor informal di daerah perkotaan.
Pada tahun 2004 terdapat 68,7 persen dari 36,10 juta orang miskin tinggal di
daerah pedesaan dan 60 persen diantaranya memiliki kegiatan utama di sektor
pertanian (Sudaryanto dan Rusastra: 2006), hal ini diperkuat dengan hasil studi
yang dilakukan oleh Suryahadi et.al (2006), yang menemukan bahwa selama periode
1984 dan 2002, baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan, sektor pertanian merupakan
penyebab utama kemiskinan. Hubungan antara kemiskinan dengan gender, di
Indonesia sangat terasa sekali dimensi gender dalam kemiskinan, yaitu dari
beberapa indikator kemiskinan seperti tingkat buta huruf, angka pengangguran,
pekerja di sektor informal dan lain-lainnya, penduduk perempuan memiliki posisi
yang lebih tidak menguntungkan daripada penduduk laki-laki (ILO : 2004). Lalu hubungan
antara kemiskinan dengan kurangnya akses terhadap berbagai pelayanan dasar
infrastuktur, sistem infrastruktur yang baik akan meningkatkan pendapatan orang
miskin secara langsung dan tidak langsung melalui penyediaan layanan kesehatan,
pendidikan, transportasi, telekomunikasi, akses energi, air dan kondisi
sanitasi yang lebih baik (Sida;1996). Dan lokasi geografis, ini berkaitan
dengan kemiskinan karena ada dua hal. Yaitu kondisi alam yang terukur dalam potensi
kesuburan tanah dan kekayaan alam dan kemerataan pembangunan, baik yang
berhubungan dengan pembangunan desa dan kota, ataupun pembangunan antar povinsi
di Indonesia.
J.
Kebijakan Anti Kemiskinan
Berbagai upaya untuk
mengentasakan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah yang diaplikasikan
dalam wujud kebijakan dan programprogram baik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung. Kebijakan bersifat langsung yaitu berupa program yang langsung
diberikan kepada penduduk miskin, contoh; bantuan tunai langsung (BLT), raskin,
sedangkan kebijakan tidak langsung, contoh program Jamkesmas, program IDT, BOS.
Walaupun telah dilakukan berbagai upaya namun kemiskinan tidak dapat
dihilangkan seluruhnya, artinya fenomena kemiskinan dengan mudah dapat dijumpai
di hampir seluruh wilayah baik di perkotaan maupun di perdesaan. Program
kemiskinan yang saat ini dilakukan baik yang berasal dari pemerintah maupun non
pemerintah umumnya hanya sementara, artinya program tersebut akan berjalan
selama masih ada anggaran (dana), setelah dana habis maka selesai pula kegiatan
program. Tampaknya dalam merumuskan sebuah kebijakan maupun program yang
bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia perlu dilakukan beberapa
tahapan kegiatan. Misalnya, diawali dengan assesment, dalam tahap ini dilakukan
merumuskan atau mengkatagorikan dimensi-dimensi dan faktor penyebab kemiskinan,
analisis kebutuhan dan potensi yang dapat dikembangkan, dan merumuskan
bentuk-bentuk program yang diinginkan oleh penduduk miskin. Selain itu,
dirumuskan pula pihakpihak yang dapat dilibatkan dalam kegiatan atau program
kemiskinan, serta membuat jadwal pelaksanaannya. Setelah tahap ini selesai,
maka dilanjutkan ke tahap pelaksanaan kegiatan dan diakhiri dengan tahap
monitoring dan evaluasi.
Analisis : Dari penjelasan mengenai
kesenjangan dan kemiskinan diatas telah dijelaskan bahwa kemiskinan adalah
keadaan ketika memiliki tingkat hidup yang rendah dimana tidak dapat memenuhi
kebutuhan primer maupun sekunder. Kemiskinan itu sendiri teradi karena beberapa
factor yang terjadi didalam masyarakat seperti : laju pertumbuhan penduduk,
rendahnya tingkat pendidikan yang disebabkan karena mahalnya biaya sekolah,
kurangnya perhatian dari pemerintah itu sendiri yang karena factor ini
menimbulkan dampak masyarakat menjadi pengangguran. Berbagai upaya untuk
mengentasakan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah yang diaplikasikan
dalam wujud kebijakan dan programprogram baik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung. Kebijakan bersifat langsung yaitu berupa program yang langsung
diberikan kepada penduduk miskin, contoh; bantuan tunai langsung (BLT), raskin,
sedangkan kebijakan tidak langsung, contoh program Jamkesmas, program IDT, BOS.
Referensi :
PEMBANGUNAN, KRISIS
& ARAH REFORMASI, Tadjudin Noer
Effendi